Membangun Budaya yang Adil di Tempat Kerja: Saatnya Berhenti Mencari Kambing Hitam
Ketika terjadi insiden di tempat kerja, satu pertanyaan yang sering kali muncul pertama kali adalah:
“Kecelakaan ini salah siapa?”
Namun, pertanyaan tersebut sering kali membawa kita ke arah yang salah—mencari siapa yang bisa disalahkan, bukan mencari akar masalah dan solusinya. Padahal, dalam dunia kerja yang kompleks, pendekatan menyalahkan individu tanpa memahami konteks justru menghambat perbaikan keselamatan secara menyeluruh.
Di sinilah konsep Just Culture hadir sebagai pendekatan yang lebih adil dan konstruktif. Just Culture bukan tentang siapa yang salah, melainkan apa yang salah dalam sistem kerja kita.
Apa Itu Just Culture?
Just Culture (Budaya Adil ) adalah sebuah pendekatan dalam keselamatan kerja yang berusaha menyeimbangkan antara tanggung jawab individu dan kesalahan sistemik. Konsep ini percaya bahwa:
“Manusia bisa melakukan kesalahan, namun yang penting adalah bagaimana organisasi meresponsnya.”
Daripada langsung menghukum pelaku insiden, Just Culture mendorong kita untuk mengajukan pertanyaan penting:
Pendekatan ini membedakan jenis perilaku berikut:
Human Error
Kesalahan yang tidak disengaja, seperti salah menekan tombol atau salah membaca label.
🔍Solusi: Pelatihan ulang, coaching, dan perbaikan sistem kerja.
At-Risk Behavior (Perilaku Beresiko)
Perilaku mengambil risiko tanpa menyadari bahayanya, atau karena sistem mendorong hal tersebut.
🔍Solusi: Edukasi, perubahan budaya kerja, dan peningkatan kesadaran risiko.
Reckless Behavior (Perilaku Sembrono)
Tindakan sembrono atau pelanggaran sadar terhadap aturan keselamatan.
🔍 Solusi: Pemberian sanksi tegas sesuai tingkat pelanggaran.
Mengapa Just Culture Penting di Dunia Kerja?
Tanpa adanya budaya yang adil, pekerja akan:
Padahal, laporan terhadap kesalahan atau insiden sangat krusial untuk pembelajaran dan mencegah kecelakaan serupa di masa depan. Just Culture mendorong keterbukaan dan pembelajaran kolektif.
Contoh Kasus: Realistis dan Dekat dengan Kehidupan Sehari-hari
Kasus: Seorang operator forklift menabrak rak barang di gudang.
🔴 Tanpa Just Culture:
“Langsung SP3! Ini jelas kelalaian.”
🟢 Dengan Just Culture:
Setelah ditelusuri, ternyata:
Solusi:
Hasilnya:
Bukan hanya menghindari hukuman yang tidak tepat, tetapi juga memperbaiki sistem untuk mencegah kejadian serupa.
Penutup: Budaya yang Adil, Langkah Menuju Keselamatan Nyata
Di lingkungan kerja kita, yang dibutuhkan bukanlah pendekatan “polisi” yang siap menghukum setiap kesalahan. Yang dibutuhkan adalah budaya yang adil—Just Culture—yang mampu membedakan antara kesalahan manusiawi, pengambilan risiko yang tidak disadari, dan pelanggaran sadar.
Mari bangun budaya kerja di PT. Adyawinsa Telecommunication & Electrical yang mendorong pembelajaran dari kesalahan, bukan ketakutan karena hukuman. Karena dengan memahami dan memperbaiki sistem, kita bisa mencegah insiden dan menjaga keselamatan bersama.
Referensi:
Reason, J. (1997). Managing the Risks of Organizational Accidents. Ashgate Publishing.
Dekker, S. (2007). Just Culture: Balancing Safety and Accountability. Ashgate.
European Aviation Safety Agency (EASA). Just Culture Implementation Handbook (2015).
International Civil Aviation Organization (ICAO) – Safety Management Manual (Doc 9859, 4th edition).