ate

HSE dan Proyek: Membangun Sinergi, Bukan Saling Menyalahkan

HSE dan Proyek: Membangun Sinergi, Bukan Saling Menyalahkan
qhse
qhse
07 Jul 2025
|
General

HSE dan Proyek: Membangun Sinergi, Bukan Saling Menyalahkan

Pendahuluan

Pernahkah Anda mendengar komentar seperti, “Gara-gara HSE, proyek jadi terlambat?” Ungkapan semacam ini kerap kali terdengar di tengah hiruk-pikuk aktivitas proyek, terutama di lapangan. Namun, apakah benar bahwa HSE (Health, Safety, and Environment) menjadi penghambat utama dalam pelaksanaan proyek? Ataukah sebenarnya ada kesalahpahaman yang harus kita luruskan bersama?

Di dalam berbagai proyek, termasuk di lingkungan PT. Adyawinsa Telecommunication & Electrical, dinamika antara tim operasional dan tim HSE sering kali menjadi perhatian. Kedua tim ini memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan keberhasilan proyek, namun tidak jarang terjadi miskomunikasi yang dapat menghambat sinergi yang seharusnya terjalin. Berdasarkan pengamatan umum di lapangan, terdapat setidaknya enam pola "permainan tuding jari" yang sering kali muncul sebagai sumber miskomunikasi antara kedua tim ini.

Artikel dalam Bulletin HSE bulanan ini bertujuan untuk mengupas tuntas pola-pola tersebut, serta menawarkan solusi dan pendekatan baru yang dapat membantu membangun sinergi yang lebih baik antara tim operasional dan tim HSE. Dengan memahami akar permasalahan dan mencari jalan keluar yang konstruktif, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman, efisien, dan produktif.

Melalui pemahaman yang lebih baik dan komunikasi yang efektif, kita berharap dapat menghilangkan persepsi negatif bahwa HSE adalah penghambat proyek. Sebaliknya, HSE harus dilihat sebagai mitra strategis dalam mencapai keberhasilan proyek dengan standar keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi. Mari kita bangun budaya kerja yang saling mendukung dan berfokus pada solusi, bukan saling menyalahkan.

Dengan demikian, PT. Adyawinsa Telecommunication & Electrical berkomitmen untuk terus meningkatkan kolaborasi antara tim operasional dan tim HSE, serta memastikan bahwa setiap proyek yang dikerjakan tidak hanya sukses secara teknis tetapi juga aman dan berkelanjutan. Selamat membaca, dan semoga artikel ini memberikan wawasan yang bermanfaat bagi kita semua.

6 permasaslahan Saling Tudin

Ada 6 Permasalahan Umum Terkait HSE dan Proyek

Dalam pelaksanaan proyek, terutama yang melibatkan aspek teknis dan operasional yang kompleks, sering kali muncul berbagai tantangan terkait dengan penerapan prinsip-prinsip Health, Safety, and Environment (HSE). Meskipun HSE dirancang untuk memastikan keselamatan dan kesehatan semua pihak yang terlibat, serta menjaga kelestarian lingkungan, implementasinya tidak selalu berjalan mulus. Berdasarkan pengalaman di lapangan, terdapat enam permasalahan umum yang sering kali menjadi sumber ketegangan dan miskomunikasi antara tim proyek dan tim HSE.

Berikut 6 permasalahan umum terkait HSE dan Tim proyek:

  • HSE Menghambat Proyek
  • Tim Proyek Mengabaikan Keselamatan
  • Aturan HSE Terlalu Banyak
  • Perencanaan Tidak Melibatkan HSE
  • “Sudah Diberi Tahu ke HSE, Urusan Mereka”
  • HSE Hanya Urus Dokumen

Memahami dan mengidentifikasi permasalahan-permasalahan ini adalah langkah awal yang penting untuk menciptakan solusi yang efektif. Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat mengatasi hambatan-hambatan ini dan membangun kerja sama yang lebih baik antara tim proyek dan tim HSE. Dalam bagian berikut, kita akan membahas secara detail setiap permasalahan tersebut dan menawarkan langkah-langkah praktis untuk mengatasinya.

1. HSE Menghambat Proyek

A. Permasalahan yang timbul: Prosedur HSE (Health, Safety, and Environment) sering dianggap memperlambat pekerjaan proyek. Hal ini karena protokol HSE mungkin memerlukan perizinan atau audit yang memakan waktu, sehingga dianggap menghambat progres proyek. Namun, tujuan utama dari prosedur HSE adalah untuk mencegah kecelakaan yang justru berisiko menyebabkan keterlambatan dan kerugian yang lebih besar di kemudian hari.

B. Akar Masalah nya :

1. Persepsi Negatif: Ada persepsi bahwa HSE hanya menambah beban administratif tanpa memberikan manfaat langsung yang terlihat.

2. Kurangnya Pemahaman: Tim proyek terkadang tidak sepenuhnya memahami pentingnya HSE dalam menjaga keselamatan dan keberlanjutan proyek.

3. Proses yang Kompleks: Prosedur HSE sering kali melibatkan proses yang kompleks dan memerlukan koordinasi dengan berbagai pihak.

C. Dampak yang dapat terjadi:

* Potensi keterlambatan dalam penyelesaian proyek.

* Biaya tambahan akibat penundaan dan implementasi prosedur keselamatan.

* Meningkatnya risiko kecelakaan jika prosedur HSE tidak diikuti dengan benar.

D. Solusi agar tidak berlanjut atau berulang:

1. Edukasi dan Pelatihan: Meningkatkan pemahaman tim proyek tentang pentingnya HSE melalui pelatihan dan edukasi.

2. Kolaborasi yang Lebih Baik: Mendorong kolaborasi antara tim proyek dan tim HSE sejak awal perencanaan.

3. Simplifikasi Proses: Menyederhanakan prosedur HSE tanpa mengurangi efektivitasnya.

2. Tim Proyek Mengabaikan Keselamatan

A. Permasalahan yang timbul: Dalam upaya untuk memenuhi target dan tenggat waktu yang ketat, beberapa anggota tim proyek di lapangan mungkin mengesampingkan aspek keselamatan. Fokus yang terlalu besar pada pencapaian target dapat menyebabkan pengabaian terhadap prosedur keselamatan yang penting, yang pada akhirnya meningkatkan risiko kecelakaan dan insiden di tempat kerja.

B. Akar Masalah nya:

1. Tekanan Waktu: Tekanan untuk menyelesaikan proyek tepat waktu dapat mendorong tim untuk mengabaikan langkah-langkah keselamatan demi efisiensi.

2. Prioritas yang Salah: Keselamatan sering kali tidak dianggap sebagai prioritas utama dibandingkan dengan produktivitas dan pencapaian target.

3. Kurangnya Kesadaran: Ada kemungkinan bahwa beberapa anggota tim tidak sepenuhnya menyadari pentingnya prosedur keselamatan.

C. Dampak yang dapat terjadi:

* Meningkatnya risiko kecelakaan kerja.

* Potensi kerugian finansial akibat kecelakaan dan kerusakan.

* Reputasi buruk bagi perusahaan jika terjadi insiden keselamatan.

D. Solusi agar tidak berlanjut atau berulang:

1. Peningkatan Kesadaran: Melakukan kampanye dan pelatihan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan di tempat kerja.

2. Penegakan Prosedur Keselamatan: Memastikan bahwa semua anggota tim mematuhi prosedur keselamatan yang telah ditetapkan.

3. Penghargaan untuk Keselamatan: Memberikan insentif atau penghargaan kepada tim yang mematuhi dan menerapkan prosedur keselamatan dengan baik.

3. Aturan HSE Terlalu Banyak

A. Permasalahan yang timbul: Peraturan HSE sering kali dianggap terlalu kaku dan administratif. Banyaknya aturan dan regulasi yang harus diikuti dapat membuat tim proyek merasa terbebani, terutama dalam kondisi kerja yang dinamis dan berubah-ubah. Hal ini dapat menyebabkan kebingungan dan ketidakpatuhan terhadap prosedur keselamatan yang ada.

B. Akar Permasalahan nya:

1. Kompleksitas Regulasi: Regulasi HSE yang kompleks dan berlapis-lapis dapat membingungkan tim proyek.

2. Beban Administratif: Proses dokumentasi dan pelaporan yang berat dapat mengalihkan fokus dari pelaksanaan proyek yang sebenarnya.

3. Kurangnya Fleksibilitas: Aturan yang terlalu kaku tidak selalu dapat diterapkan dengan mudah dalam situasi yang berubah-ubah di lapangan.

C. Dampak yang dapat terjadi:

* Ketidakpatuhan terhadap regulasi yang dapat berujung pada sanksi atau penalti.

* Meningkatnya risiko karena prosedur keselamatan diabaikan atau tidak diterapkan dengan benar.

* Penurunan moral tim proyek akibat beban administratif yang berlebihan.

D. Solusi agar tidak berlanjut atau berulang:

1. Penyederhanaan Regulasi: Meninjau dan menyederhanakan aturan HSE agar lebih mudah dipahami dan diikuti.

2. Pelatihan dan Sosialisasi: Memberikan pelatihan dan sosialisasi yang efektif untuk memastikan semua anggota tim memahami dan dapat mengikuti aturan HSE.

3. Pendekatan Fleksibel: Mengadopsi pendekatan yang lebih fleksibel dalam penerapan aturan HSE, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan proyek.

4. Perencanaan Tidak Melibatkan HSE

A. Permasalahan yang timbul: Tim HSE sering kali baru dilibatkan pada tahap pelaksanaan proyek, bukan sejak perencanaan atau desain awal. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya integrasi aspek keselamatan dan lingkungan dalam desain proyek, yang pada akhirnya dapat menimbulkan risiko keselamatan yang tidak teridentifikasi sejak awal.

B. Akar Permasalahan nya:

1. Kurangnya Kesadaran: Kesadaran akan pentingnya memasukkan HSE sejak tahap perencanaan mungkin belum sepenuhnya ada di antara anggota tim proyek.

2. Pembagian Tugas yang Tidak Tepat: Tugas dan tanggung jawab HSE sering kali dianggap hanya relevan pada tahap pelaksanaan, bukan saat perencanaan.

3. Komunikasi yang Kurang Efektif: Kurangnya komunikasi dan koordinasi antara tim perencana dan tim HSE dapat mengakibatkan pengabaian aspek keselamatan.

C. Dampak yang dapat terjadi:

* Risiko keselamatan yang tidak teridentifikasi dan tidak dikelola dengan baik.

* Potensi revisi dan perubahan desain yang memakan waktu dan biaya.

* Dampak negatif terhadap keberlanjutan dan kepatuhan lingkungan.

D. Solusi agar tidak berlanjut atau berulang:

1. Inklusi HSE Sejak Awal: Memastikan bahwa tim HSE terlibat sejak tahap perencanaan dan desain proyek.

2. Kolaborasi Antar Tim: Mendorong kolaborasi yang lebih erat antara tim perencana dan tim HSE untuk memastikan integrasi yang baik dari aspek keselamatan.

3. Evaluasi Risiko Awal: Melakukan evaluasi risiko awal untuk mengidentifikasi dan mengelola potensi bahaya sejak tahap perencanaan.

5. "Sudah Diberi Tahu ke HSE, Urusan Mereka"

A. Permasalahan yang timbul: Sering kali, keselamatan dianggap sebagai tanggung jawab eksklusif tim HSE, bukan sebagai tanggung jawab kolektif seluruh tim proyek. Pandangan ini dapat mengakibatkan pengabaian tanggung jawab individu terhadap keselamatan dan menciptakan budaya kerja yang tidak aman.

B. Akar Permasalahan nya:

1. Pemahaman yang Salah: Ada kesalahpahaman bahwa hanya tim HSE yang bertanggung jawab atas keselamatan.

2. Kurangnya Kepemimpinan: Manajemen proyek mungkin tidak menekankan pentingnya tanggung jawab kolektif terhadap keselamatan.

3. Budaya Kerja yang Tidak Mendukung: Budaya kerja yang tidak mendorong partisipasi aktif dari semua anggota tim dalam aspek keselamatan.

C. Dampak yang dapat terjadi:

* Meningkatnya risiko kecelakaan akibat kurangnya perhatian terhadap keselamatan oleh individu.

* Penurunan kualitas kerja dan moral tim akibat insiden keselamatan.

* Kegagalan dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat.

D. Solusi agar tidak berlanjut atau berulang:

1. Pendidikan dan Pelatihan: Menyediakan pendidikan dan pelatihan untuk semua anggota tim tentang pentingnya tanggung jawab kolektif terhadap keselamatan.

2. Kepemimpinan yang Kuat: Manajemen harus menunjukkan komitmen terhadap keselamatan dan mendorong partisipasi aktif dari semua anggota tim.

3. Budaya Keselamatan: Membangun budaya keselamatan di mana setiap individu merasa bertanggung jawab dan berkontribusi terhadap keselamatan di tempat kerja.

6. HSE Hanya Urus Dokumen

A. Permasalahan yang timbul: Ada stigma bahwa peran tim HSE hanya sebatas membuat laporan atau dokumen, tanpa memberikan kontribusi nyata di lapangan. Pandangan ini dapat mengurangi apresiasi terhadap pentingnya peran HSE dalam memastikan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.

B. Akar Permasalahan nya:

1. Kurangnya Pemahaman: Kurangnya pemahaman tentang peran dan tanggung jawab HSE yang lebih luas dari sekadar dokumentasi.

2. Minimnya Keterlibatan di Lapangan: Mungkin terjadi karena kurangnya keterlibatan aktif tim HSE dalam kegiatan lapangan dan interaksi dengan tim proyek.

3. Komunikasi yang Tidak Efektif: Komunikasi yang tidak efektif antara tim HSE dan tim proyek dapat memperkuat persepsi bahwa HSE hanya berfokus pada administrasi.

C. Dampak yang dapat terjadi:

* Stigma negatif terhadap tim HSE yang dapat menghambat kolaborasi dan kepatuhan terhadap prosedur keselamatan.

* Potensi peningkatan risiko kecelakaan karena kurangnya implementasi praktik keselamatan yang efektif.

* Demotivasi tim HSE akibat kurangnya pengakuan atas kontribusi mereka.

D. Solusi agar tidak berlanjut atau berulang:

1. Peningkatan Keterlibatan Lapangan: Mendorong tim HSE untuk lebih terlibat dalam kegiatan lapangan dan berinteraksi langsung dengan tim proyek.

2. Edukasi dan Sosialisasi: Mengedukasi seluruh anggota tim proyek tentang peran penting HSE dalam mendukung keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Komunikasi yang Proaktif: Memastikan komunikasi yang proaktif dan terbuka antara tim HSE dan tim proyek untuk membangun pemahaman dan kolaborasi yang lebih baik.

Penutup: Satu Tim, Satu tujuan

Bila semua pihak menyadari bahwa HSE adalah bagian dari solusi—bukan penghambat proyek—maka semua proses bisa berjalan lebih cepat, aman, dan profesional.

Kita berkomitmen bahwa produktivitas dan keselamatan tidak saling bertentangan, tapi saling mendukung.

"HSE bukan penghalang proyek, HSE adalah penjaga keberhasilan proyek."


Referensi:

Artikel LinkedIn tentang HSE dan Proyek

Pentingnya K3 dalam Manajemen Proyek Modern

Mengapa Keselamatan Kerja Sering Diabaikan?

Artikel tentang Keselamatan dan Produktivitas

Mengelola Kompleksitas Regulasi HSE

Artikel tentang Penyederhanaan Aturan Keselamatan

Integrasi HSE dalam Perencanaan Proyek

Pentingnya Melibatkan HSE Sejak Awal

Tanggung Jawab Keselamatan Kolektif

Mengembangkan Budaya Keselamatan

Memahami Peran HSE yang Lebih Luas

Meningkatkan Keterlibatan HSE di Lapangan

PT. Adyawinsa Telecommunication & Electrical | Edisi Bulanan, Juli 2025


Comments

0
0 comments
2025 © Copyrights PT Adyawinsa Telecommunication & Electrical